Riba secara bahasa bermakna
ziyadah (tambahan). Beberapa ahli ulama banyak berbeda pendapat untuk
mengartikan riba. Pengertian riba secara teknis adalah, pengambilan tambahan
dari harta pokok atau modal secara bathil. Hukumnya adalah haram. Jelas, karena
ini merugikan orang lain. Islam selalu mengharamkan sesuatu yang tidak baik
atau merugikan. Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba
utang-piutang dan riba jual-beli. Riba utang-piutang terbagi lagi mejadi riba
qardh dan riba jahiliah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan
riba nasi’ah.
Mendapat ancaman siksa
neraka.
Perbuatan riba sama sekali
tidak membawa manfaat, justru dapat merugikan orang lain. Seseorang yang
melakukan perbuatan riba akan mendapatkan ancaman siksa api neraka. Karena
termasuk memakan hak orang lain untuk mengenyangkan perutnya. Ancaman riba sendiri
sudah ditegaskan dalam Alquran agar manusia menghindarinya.
Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(QS. Al-Baqarah: 279).
Dalam lanjutan hadits
disebutkan:
“Adapun orang yang datang
dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah pemakan riba.” (HR. Bukhari,
no. 7047)
Dibangkitkan pada hari
kiamat dalam keadaan gila.
Pada hari kiamat nanti
seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai akhir zaman akan dibangkitkan
kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda menurut amal ibadah semasa
di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan dibangkitkan dari kuburnya
dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari pembangkitan dengan
keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai setan.
Na’udzubillahimin dzalik.
Menghilangkan keberkahan
rezeki.
Rezeki yang didapatkan dari
perbuatan riba tidak akan berkah. Walaupun yang didapatkan sangat berlimpah,
namun pelaku akan selalu merasa kurang. Karena keberkahan dalam harta tersebut
sudah dihilangkan oleh Allah. Harta yang tidak berkah tidak akan membuat orang
tersebut bahagia dunia akhirat. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Riba membuat sesuatu jadi
bertambah banyak. Namun ujungnya riba makin membuat sedikit (sedikit jumlah,
maupun sedikit berkah, -pen). (HR. Ibnu Majah, no. 2279; Al-Hakim, 2: 37)
Diperangi oleh Allah dan
RasulNya.
Allah akan membuat pelaku
riba menjadi gila dan hidup selamanya di neraka. Karena perbuatan riba
memberikan dampak yang negatif kepada orang lain.
Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(QS. Al-Baqarah: 279)
Di akhirat, memiliki perut
besar seperti rumah yang dipenuhi ular-ular.
Membayangkan saja, sudah tak
sanggup. Kita kena sengatan matahari dunia, tidak bisa berlama-lama, apalagi
mendapatkan siksa di akhirat akibat memakan riba. Semoga Allah menjaga kita dan
keluarga dari dosa besar ini. Aamiin. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Pada malam Isra’, aku
mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah dan dipenuhi dengan
ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka
wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan riba,” jawab beliau. (HR. Ibnu
Majah, no. 2273; Ahmad, 2: 353, 363)
Hilangnya keberkahan pada
harta.
Tidak akan berkah harta yang
diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul mengingatkan kita untuk mencari
rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika harta hasil riba dibelikan
makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu tiada
keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan
riba dan harus memperbanyak sedekah.
Mendapatkan 73 dosa paling
ringan seperti zina dengan ibu kandung.
Dalam riwayat Al-Hakim
disebutkan, Riba itu ada 73 pintu (dosa). Yang paling ringan adalah semisal
dosa seseorang yang menzinai ibu kandungnya sendiri. (HR. Al-Hakim, 2: 37)
Layak dapat azab.
Dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Apabila telah marak
perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri
tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah. (HR. Al-Hakim)
Sedekah, infak dan zakat
kita tertolak.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu
melainkan dari yang thoyyib (baik). (HR. Muslim, no. 1015).
Doa pemakan riba sulit
terkabul.
Orang pemakan barang-barang
haram, yang mengalir dalam dirinya darah, daging dari hasil yang haram. Maka
ketika dia berdoa, Allah akan sulit untuk mengabulkan doa-doanya.
Padahal Allah adalah Rabb
yang suka jika ada hambaNya, berdoa. Oleh karenanya, mari kita jauhkan diri
kita dan keluarga kita dari barang-barang yang haram.
Layak disentuh api neraka.
Rasulullah bersabda: Wahai
Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu
yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka. (HR. Tirmidzi, no. 614)
Memutuskan tali
persaudaraan.
Banyak orang yang saling
bermusuhan karena riba. Bahkan riba dapat memutuskan hubungan antar negara.
Sebagai makhluk sosial, menusia tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan
bantuan orang lain.
Oleh karena itu, jika ada
orang lain yang sedang kesusahan, harus dibantu tanpa mengharapkan imbalan atau
mengharuskan sesuatu kepadanya. Karena hal ini dapat memutuskan tali
persaudaraan dan silaturahmi.
Menutup hati.
Hal ini diterangkan oleh
Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa
yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthaffifin:
14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana yang
baik dan mana yang tidak.
Masi banyak lagi akibat
memakan riba yang belum penulis sebutkan, hidup di jaman sekarang memang sulit
untuk lepas dari riba namun tanamkan di dalam hati dan terus berusaha untuk
menjahi riba ini sejauh-jauhnya. Penulis menyadari bahwa penulis termasuk orang
yang masi terjerumus dalam rimbah dosa besar ini, dan disini sangan
mengharapkan doa dari pembaca agar kita sama-sama diberi jalan oleh Allah SWT.
terjauh dari riba, aaminn..
Komentar