Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan
oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat
berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga
tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac
Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah
laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan
tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia.
Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah.
Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya
Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada
Undang-Undang (objek dari kekuasaan).
Kekuasaan bagi pemimpin suatu organisasi
biasanya berasal dari adanya kewenangan (kekuasaan posisional) dan kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain (kekuasaan pribadi).
Ketika pemimpin mampu mengimbangi kewenangan
dan pengaruh pribadinya dengan empati, integritas atau kerendahan hati, maka
dia akan cenderung memanfaatkan kekuasaannya secara beretika. Ketika kewenangan
dan pengaruh pribadi tersebut tidak diimbangi dengan sifat-sifat positif
tersebut dan justru didasarkan pada kepentingan pribadi atau tujuan yang tidak
jelas secara moral, penyalahgunaan kekuasaan muncul.
Namun fakta yang terjadi menunjukkan bahwa
kekuasaan dapat mengubah seseorang. Lalu apa yang terjadi ketika seseorang
mendapat kekuasaan, Mayoritas memiliki empati, hanya saja dengan kadar yang
berbeda. Hal ini berkaitan dengan kompetensi emosional dan sosial serta
kemampuan emosional, yang sangat bermanfaat dalam menjalankan suatu organisasi.
Menurut Simon Baron-Cohen, psikolog di
Universitas Cambridge, mengkaji korelasi antara empati dan sifat keji untuk
mencari tahu bagaimana beberapa orang berperilaku secara amoral sementara
beberapa masih berperilaku secara moral. Baron-Cohen menggunakan istilah “erosi
empati” untuk menjelaskan bagaimana kita dapat “mematikan” rasa empati
berdasarkan kepercayaan, pengalaman, tujuan, dan emosi kita. Ketika empati
tersebut dimatikan, kita fokus pada kepentingan pribadi kita dan mengorbankan
orang lain.
Kekusaan memang bisa merubah seseorang yang
dulunya baik bisa menjadi jahat, atau bisa jadi yang dulunya jahat akan menjadi
lebih jahat dan berbahaya lagi, begitulah kekusaan yang dapat membuat seseorang
lupa akan segalahnya demi kekuasaan.
Banyak contoh dan fakta yang bisa kita lihat
secara langsung di dalam kehidupan kita, bahkan kalau kita lihat dalam sudut
pandang orang biasa, akan sedikit anah yang terjadi dengan orang-orang yang
haus akan kekuasaan, apa yang mereka inginkan pada dasarnya sudah mereka
dapatkan seperti kekayaan, namun inilah namanya nafsu jika seseorang yang tidak
memeiliki iman yang kuat maka akan terbawa godaan keindahan suatu kekuasaan.
Pada dasarnya kekuasaan itu adalah suatu
jalan untuk membantu, menjaga dan melindungi orang-orang agar keadilan dan
keamanan tegak dalam kehidupan, serta membantu dan menjaga orang yang
membutuhkan bantuan. Namun dalam kehidupan kita sekarang ini kekuasaan sudah
membutahkan mata dan hati seseorang, sudah banyak pejabat yang tertangkap
karena koropsi dan banyaknya pejabat yang ingin mendapatkan kekuasaan dengan
jalan-jalan yang tidak pantas untuk dilakukan, fakta ini sudah tidak bisa kita
pungkiri lagi dan sudah bisa kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kehausan kekuasaan memang membutakan seseorang
segala jalan dilakukan hala haram semunya dihantam tanpa dipikirkan akibat dan
dampaknya bagi orang lain. kita tidak bisa memungkiri bahwa setiap manusia
ingin dan bahkan sangat menginginkan kekuasaan, namun harus kita sadari juga
bahwa pantaska kita mendapatkannya, bisaka kita menjalankan tugas dengan baik,
dapatka kita membantu dan melindungi, serta yang paling penting adalah apakah
kita bisa mengendalikan diri akan kekuasaan atau kita yang akan dikendlikan
oleh kekusaan.
Banyak kejadian sekarang ini bahwa kekusaan
telah membutahkan seseorang, sistem dinasti politik secara tidak langsung ada
dan berjalan.
Hal-Hal Yang Mengakibatkan Munculnya Dinasti Politik Adalah:
- Adanya keinginan Dalam diri atau pun keluarga untuk memegang kekuasaan.
- Adanya kelompok terorganisir karena kesepakatan dan kebersamaan Dalam kelompok sehingga terbentuklah penguasa kelompok dan pengikut kelompok.
- Adanya kolaborasi antara penguasa dan Pengusaha untuk mengabungkan kekuatan modal dengan kekuatan Politisi.
- Adanya Pembagian tugas antara kekuasaan politik dengan kekuasaaan Modal Sehingga Mengakibatkan terjadinya KORUPSI.
Kita tidak bisa memungkiri Indonesia saat ini memang sedang diwarnai fenomena oligarki dan dinasti politik yang menguat. Tak hanya di level nasional, dinasti politik ini juga terjadi pada politik di tingkat daerah. "Dan ini akan berbahaya bagi proses demokratisasi. Demokrasi bisa dibajak oleh kekuatan oligarki dan dinasti politik,", inilah fakta kehidupan negara ku yang tercinta kebanyakan di isi oleh orang-orang yang haus akan kekusaan, agama dikesampingkan dan lupa akherat.
Komentar