Ada banyak tarian leluhur yang hampir punah
selain Tari Pisau Dua, Tari Piring, Tari Selendang dan banyak lainnya.
Tarian pisau dua ini merupakan tarian tradisi
Suku Serawai yang diwariskan sejak beribu tahun lalu oleh nenek moyang. Tarian
ini melambangkan kemampuan dalam bersilat di Suku Serawai, tarian ini tari
langka yang sudah jarang terlihat.
Tarian pisau dua yang akan dilangsungkan oleh
penari biasanya akan diawali dengan tarian silat (silek) tangan kosong terlebih
dahulu sekitar 2 menit lebih, setelah tarian tangan kosong ini selesai baru
akan dilanjutkan dengan tarian pisau, para penari akan berhenti sejenak dan
mengambil pisau dua yang sudah disediakan.
Alat musik redap kembali bertalu diiringi
nyanyian berbahasa Serawai. Kedua penari saling berhadapan menjurah salam
hormat nan takzim. Tarian mengunakan pisau dua dengan gerak tertentu, tarian
menggunakan gerak silat-silat (silek) yang suda di pahami oleh para penari
dengan diiringi oleh nada-nada redap serta nyanyian suku serawai, setiap
gerakan penari meskipun tidak bersentuhan secara langsung namun gerakan itu
menggambarkan seakan-akan bersentuhan. Serangan demi serangan akan di
tahan/tangkis dengan gerakan-gerakan tertentu juga yang membuat seolah-olah
seperti terjadi.
Terlihat beberapa langkah jurus silat leluhur
Serawai dimainkan. terdapat pula seorang pria dewasa lain berdiri di antara
kedua pria yang menari. Pria ini bertugas mengingatkan agar kedua penari dalam
bentuk silat itu tidak sampai bersentuhan fisik. Biasanya tarian dilakukan
untuk menyambut tamu agung pada acara adat atau acara pernikahan Suku Serawai.
Tarian ini memiliki nilai seni yang cukup
tinggi, serta tarian ini sebenarnya juga bisa menjadi ilmu bela diri, karena
setiap gerkan-gerakan yang dilakukan pada dasarnya bukan hanya sebua tarian
belaka, namun memang memiliki makna dalam arti untuk membelah diri,
gerakan-gerkannya memiliki nilai belah diri yang cukup mumpuni, serta didalam
tariannya juga melatih replek bertahan dan menyerang yang terstruktur.
Inilah salah satu budaya suku serawai yang
bisa dibilang cukup sulit mencari yang memiliki kemampuan memerankan/melakukan
tarian ini di jaman sekarang, memang miris tetapi inilah faktanya. Sekarang
budaya yang memiliki nilai yang cukup tinggi dan indah sudah tidak terlalu
dihargai dan di budayakan apalagi dipelajari lagi oleh anak mudanya sendiri,
disini termasuk penulis sendiri yang orang asli dari sana tetapi belum perna
belajar apalagi mementaskan dan mengenalkan budaya sendiri.
Komentar