Orang-orang yang mendapat hidayah Ia adalah
orang yang sibuk memperbaiki dan mengkoreksi diri, meneliti kekurangan dan
kesalahan diri sendiri.
Hidayah taufiq. Ini adalah hidayah yang Allah
turunkan kepada hamba-hamba Allah, siapa saja, dengan syarat punya kemauan dan
kesungguhan untuk mendapatkan hidayah Allah. Hidayah ini akan sampai kepada
seseorang manakala dia mau menjemputnya. Hanya hamba-hamba Allah yang punya
persiapan yang baik, punya keinginan yang baik dalam hidupnya, dan mau
berikhtiar sungguh-sungguh untuk menjemputnya, yang akan mendapatkan hidayah
taufiq.
Diantara ciri-cirinya, yaitu:
Pertama, ia merasakan mudah atau tidak berat
melaksanakan kewajiban (ketaatan) kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya.
“Termasuk di dalamnya tidak berat melaksanakan Tahajud, shalat fardhu berjamaah
dan ketaatan lainnya kepada Allah,” ujarnya.
Orang yang telah mendapatkan hidayah akan
merasa mudah atau ringan dalam melaksanakan amal saleh, rajin dan tekun dalam
beribadah, serta sangat takut berbuat kedurhakaan. Sementara orang yang tidak
mendapatkan hidayah-Nya akan merasa malas dalam beramal saleh dan tidak merasa
bersalah kalau berbuat maksiat.
Allah berfirman, “Barangsiapa yang Allah
kehendaki untuk mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam.
Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah
Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Al An’am 6:
125)
Maksud ayat Dia melapangkan dadanya untuk
Islam yaitu mereka yang mendapatkan hidayah akan merasa mudah melaksanakan
ajaran-ajaran-Nya, dadanya lapang tanpa beban. Sedangkan yang dimaksud niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit yaitu mereka yang tidak mendapatkan
hidayah akan merasa malas dalam beramal saleh karena dadanya merasa sesak saat
melaksanakan aturan-aturan Allah.
Kedua, kalau mendengar nama Allah disebut
cintanya kepada Allah bertambah, hatinya bergetar. Orang yang mendapatkan
hidayah, setiap relung hatinya terisi dengan kerinduan kepada Allah Jika nama
Allah disebut, akan bergetar hatinya; kalau dibacakan firman-Nya, akan
bertambah imannya; ia bertawakal, mendirikan shalat, dan mengeluarkan zakat
sebagai ekspresi syukur atas nikmat yang diterimanya. “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah bergetar hati
mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatnya kepada mereka, bertambah (kuat)
imannya, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS Al-Anfal: 2)
Ketiga, senantiasa istiqamah/ konsisten.
Artinya berpegang teguh pada nilai-nilai keimanan yang dimiliki.
Orang yang mendapatkan hidayah akan istiqamah
atau konsisten dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. Ia akan merasa nikmat
saat beribadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut, “Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS Ali 'Imran: 101)
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah suka
apabila seorang hamba mengerjakan suatu pekerjaan dan dia konsisten
melakukannya.” (H.R. Baihaqi)
Keempat, rajin dan sungguh-sungguhn
menghadiri majelis-majelis ilmu, guna menambah perbendaharaan keilmuan dan
keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang sibuk menggali ilmu dunia dan
akhirat, baginya permasalahan apapun yang sedang terjadi di negeri ini akan
menjadi perhatiannya dan ia bisa memberikan pilihan jalan keluar bagi siapa
saja yang membutuhkan. “Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (iImu)
beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
Orang yang mendapatkan hidayah akan memiliki
semangat untuk selalu menelaah ajaran-ajaran Allah. Islam itu agama yang harus
dipahami, bukan sekadar diyakini. Rasulullah bersabda, “Apabila Allah akan
memberikan kebaikan pada seseorang, Dia faqihkan/fahamkan orang tersebut dalam
agama Nya.” Yang dimaksud dengan Dia faqihkan orang tersebut dalam agama yaitu
orang tersebut bersemangat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam.
Kelima, hidupnya bermahkotakan rasa malu.
Baik malu kepada Allah maupun makhluk Allah.
Ia tidak pernah ingin merepotkan orang lain,
semua kebutuhan hidupnya bisa tercukupi karena ia bisa mengatur hidupnya tetapi
tidak kekurangan dan tidak berlebihan, cukuplah Allah swt yang menjadi segala
sumber.
Banyak sekali hadits Rasulullah yang
menegaskan pentingnya sifat malu (haya’).
Salah satu di antaranya, “Malu itu sebagian dari iman.” Hadits lainnya,
“Jika kamu tidak punya rasa malu, silakan lakukan sesuka hatimu.” “Malu dan
iman itu ibarat saudara kembar. Orang yang beriman pasti punya rasa malu.” “Malu
itu tidak mendatangkan sesuatu, kecuali kebaikan.”
Keenam, sabar menghadapi ujian dan cobaan.
Allah memberikan kehidupan kepada manusia sebagai ujian. Siapakah di antara
hamba-Nya yang paling baik amalnya. Kehidupan dunia merupakan ladang amal.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Al Mulk 67
: 2)
Orang-orang yang mendapatkan hidayah akan
tahan menghadapi berbagai ujian kehidupan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat
berikut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al Baqarah 2: 155-157)
Komentar