Malam lailatur qadar bukan suatu malam yang
asing lagi kita dengar ketika di bulan Rohmadon, malam ini memang malam yang
sangat dicari dan diharapkan, tetapi malam 1000 bulan ini sangat sulit di
dapatkan dan tau ditemui, hanya orang-orang tertentu yang dikehendaki oleh
Allah SWT. yang mendapatkannya, baik mendapatkannya secara langsung datang
sendiri atau di cari dengan usaha dan keyakinan. Namun meskipun adanya malam
lailatul qadar ini di tentukan oleh allah SWT, kepada orang yang di
kehendakinnya, kita orang-orang yang mungkin imannya belum kuat atau masi
berlumur dosa juga jangan menyerah untuk mengejar dan berharap mencari malam
lailatul qadar ini.
Banyak pendapat mengenai kapan malam lailatir
qadar itu, ada yang berpendapat pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh
berkah ini terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh
Allah melebihi malam-malam lainnya.
Di antara kemuliaan malam yang penuh
keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
”Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an)
pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah."
(QS. Ad Dukhan 44:3-4).
Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam
lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala
berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan."(QS. Al Qadar 97:1)
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai terbit fajar." (QS. Al Qadar 97:3-5)
Waktu Malam Lailatul Qadar
Kapan datangnya malam Lailatul Qadar pada
setiap tahunnya adalah rahasia Allah. Meskipun malam itu adalah rahasia Allah,
tetapi ada beberapa ciri-ciri malam itu yang di berikan oleh Allah SWT. kepada
hambanya. Terdapat beberapa petunjuk, yang menyiratkan bahwa malam ini terjadi
bias saja di setiap malam bulan rohmadon dan ada juga pendapat pada sekitar 10
hari terakhir Ramadan.
Riwayat pertama, datang dari Aisyah, yang
menyebut Rasulullah bersabda, "Carilah lailatul qadar pada tanggal-tanggal
ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan". (H.R. Bukhari)
Riwayat kedua, dari Ibnu Umar, yang
menyebutkan, Lailatul Qadar dapat dicari pada tujuh malam terakhir bulan
Ramadan. Diriwayatkan, beberapa orang laki-laki diberitahu dalam mimpi tentang
lailatul qadar yang akan jatuh pada tujuh malam terakhir Ramadan. Rasulullah
bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh
(hari) terakhir (Ramadan), barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam
tujuh terakhir." (H.R. Muslim)
Riwayat berikutnya, adalah, Lailatul Qadar
terjadi pada salah satu dari 10 malam terakhir bulan Ramadan. Nabi Muhammad
bersabda, "Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau
sembilan akhir" (H.R Muslim).
Riwayat lain dari Anas, menyebutkan,
Rasulullah berkata, "Sungguh aku keluar untuk mengabarkan pada kalian
tentang Lailatul Qadar. Dan sungguh fulan dan fulan bertengkar, maka Lailatul
Qadar diangkat. Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah Lailatul Qadar di
malam 27, 29 dan 25." (H.R. al-Bukhari).
Tanda Malam Lailatul Qadar
1. Matahari yang terbit di pagi harinya tidak
terlalu panas/cahayanya meredup
Tanda-tanda hadirnya malam Lailatul Qadar
yang pertama adalah matahari yang terbit di pagi harinya, sinarnya tidak
terlalu panas, dan cenderung redup, sehingga cuaca hari itu sangatlah sejuk dan
tidak panas. Seperti yang dijelaskan dalam hadist di bawah ini: "..Malam
itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan).
Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya mataharinya terbit berwarna putih
tanpa sinar yang menyorot." (HR. Muslim no. 762).
2. Malam hari tampak terang, tidak mendung,
tidak panas maupun dingin
Tanda-tanda malam Lailatul Qadar yang kedua
adalah malam hari saat malam Lailatul Qadar, langitnya cerah meski bulannya
hanya terlihat separuh saja. Hal tersebut terjadi karena pada saat malam
Lailatul Qadar, langit sama sekali tidak ditutupi awan. Selain itu, udaranya
pun juga tidak panas maupun dingin. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan
seperti hadist dibawah ini: "...Sesungguhnya tanda Lailatul Qadar adalah
malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram,
tidak dingin tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya
bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadar adalah,
matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti
bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama
matahari pagi itu." (HR. Ahmad).
3. Pada saat beribadah malam, merasakan
nikmat yang lebih banyak dibandingkan dengan ibadah di malam lainnya
Tanda-tanda malam Lailatul Qadar yang ketiga
adalah merasakan nikmat yang lebih pada saat beribadah di malam yang mulia
tersebut, dibandingkan dengan ibadah yang dilakukan di malam lainnya. Pada
malam Lailatul Qadar, para malaikat turun ke bumi dan memberikan berkah dan
rahmat kepada para umat Islam yang sedang beribadah, sehingga mereka merasakan
ketenangan dan kedamaian saat beribadah.
4. Angin berhembus dengan lembut
Tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar
yang ke-4 yaitu, angin berhembus dengan lembut. Angin yang berhembus dengan
lembut tersebut merupakan kenikmatan yang diturunkan Allah SWT kepada semua
hambanya, agar bisa merasakan kesejukan di malam yang penuh rahmat dan
keberkahan tersebut.
5. Diperlihatkan dalam mimpi orang mukmin
Tanda-tanda datangnya malam Lailatul Qadar
yang terakhir adalah diperlihatkan tanda-tanda malam Lailatul Qadar ke dalam
mimpi orang mukmin, pada tujuh hari terakhir dalam bulan Ramadan. Berikut ini
hadistnya: "Aku tahu bahwa kalian melihat lailatul qadar pada tujuh hari
terakhir Ramadan. Siapa yang sungguh-sungguh dalam mencarinya, maka carilah di
tujuh hari terakhir dari bulan Ramadan." (HR. Bukhari-Muslim).
Teori penjelasan malam lailatul qadar
Ada tiga teori yang menjelaskan tentang
Nuzulul Qur'an.
Teori pertama, pada malam lailatul qadar,
Al-Qur’an -dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan komplit- diturunkan ke langit
dunia (sama' al-dunnya). Setelah itu, dari langit dunia, Al-Qur’an diturunkan
ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25 tahun.
Teori kedua, Al-Qur’an diturunkan ke langit
dunia selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (lailatul qadar hanya turun
sekali dalam setahun). Setelah itu dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai
kebutuhan.
Teori ketiga, Al-Qur’an turun pertama kali
pada malam lailatul qadar. Selanjutnya, al-Quran diturunkan ke bumi secara
bertahap dalam waktu berbeda-beda.
Teori pertama, paling masyhur (populer) dan
didukung banyak ulama. Teori ini diperkuat banyak hadist sahih. Teori kedua
dipelopori oleh al-Muqatil dan Abu Abdillah al-Halimi dalam kitab Minhaj. Juga
al-Mawardi dalam tafsirnya. Teori ketiga dikemukakan oleh al-Sya’bi, dkk.
Tetapi pada dasarnya semua teori sepakat
Al-Qur’an “diturunkan” (munazzal) pada malam lailatul qadar. Hanya saja, para
ulama berbeda pendapat, apakah ia diturunkan sekali dalam lailatul qadar atau
lebih. Masing-masing ulama juga berbeda pendapat soal apa makna “al-inzal” dan
bagaimana proses “al-inzal” berlangsung.
Pendapat pertama mengatakan, “al-inzal”
adalah “al-idzhar”, yaitu ”melahirkan”, “menjelaskan”, menghadirkan” atau
“memperlihatkan”. Jadi, posisinya tidak harus dari ketinggian (langit) menuju
tempat rendah (bumi) seperti terkandung pada kata “nazala”.
Pendapat kedua, Allah SWT memberikan
pemahaman kepada Malaikat Jibril yang ketika itu berada di langit. Kemudian
Jibril turun ke bumi menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu, pilihan
katanya adalah “nazala”.
Proses turunnya Al-Quraan
Mengenai turunnya Al-Quraan pasti kita
terpikir dan bertanya seperti apa turunnya kepada Nabi Muhammad SAW. Mengingat
keduanya bukan dari jenis makhluk yang sama. Para ulama memberikan dua
kemungkinan: Jibril beralih rupa menjadi manusia, atau sebaliknya.
Pertanyaan selanjutnya, “Al-Qur’an” seperti
apakah yang diturunkan kepada Jibril dan dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW?
Ada tiga teori.
Pertama, Al-Qur’an diturunkan kepada Jibril
lafdzan wa ma’nan (kata dan maknanya secara sekaligus). Penjelasannya begini,
Jibril menghapal Al-Qur’an yang tertulis dalam lauhul mahfudz (tablet yang
terjaga), kemudian dibacakan ulang kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut teori ini, ukuran setiap huruf di
lauhul mahfudz sebesar Gunung Qaf. Di bawah huruf-huruf itu ada maknanya
masing-masing yang hanya diketahui Allah SWT.
Kedua, Jibril membacakan Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW menggunakan makna khusus. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW
menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Ketiga, Jibril hanya menyampaikan “makna”
Al-Qur’an. Selanjutnya, agar Al-Qur’an dipahami audiensnya, Nabi Muhammad SAW
“membungkusnya” dengan bahasa Arab.
Inilah sebagian ilmu mengenai malam Lailatur
Qadar yang penulis ketahui, lebih dan kurang mohon maaf dan kepada Allah SWT.
penulis mohon ampun, aaminn..!!
Komentar