Keyakinan adalah kepercayaan atau kesadaran yang kuat tentang sesuatu, baik itu tentang diri sendiri, orang lain, atau situasi tertentu. Keyakinan dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan keputusan seseorang. Jenis-Jenis Keyakinan Keyakinan Diri: Keyakinan tentang kemampuan dan potensi diri sendiri. Keyakinan Sosial: Keyakinan tentang orang lain dan hubungan sosial. Keyakinan Religius: Keyakinan tentang agama dan kepercayaan. Keyakinan Filsafat: Keyakinan tentang prinsip-prinsip dasar kehidupan dan alam semesta. F ungsi Keyakinan Mengarahkan Perilaku: Keyakinan dapat mengarahkan perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Meningkatkan Motivasi: Keyakinan dapat meningkatkan motivasi seseorang untuk mencapai tujuan. Mengurangi Kecemasan: Keyakinan dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian. Meningkatkan Kualitas Hidup: Keyakinan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan memberikan arah dan tujuan. Cara Membangun Keyakinan Mengembangkan Kemampuan: Mengembangkan kemamp...
Pada dasarnya manusia lebih tinggi
derajatnya di hadapan Allah SWA. Oleh karena itu bila manusia mendekatkan diri
dengan sang penciptannya, maka tidak akan ada dari kalangan jin dan atau yang
lainnya bisa mengganggu manusia tersebut kecuali atas dasar kehendak Allah SWA.
Dan apabilah Allah SWA. Menghendaki jin dan dan atau yang lainnya mengganggu
manusia yang Allah SWA. Cintai maka dari semua itu ada arti dan maksud dari
sang pencipta untuk di jadikan pelajaran untuk semakin mendekatkan diri lagi
kepada Allah SWA.
Setiap perkara yang terjadi dalam
kehidupan kita semuanya ada arti, makna dan maksudnya apabila kita ingin
mengkaji dan mempelajarinya, termasuk apabila kita mendapatkan bencana yang di
sebabkan oleh bangsa jin.
Secara umum, gangguan jin merupakan
sesuatu yang tidak diragukan lagi keberadaannya, baik menurut pemberitaan
Al-Qur`an, As-Sunnah, maupun ijma’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan
jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Fushshilat: 36)
“Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin. Maka jin-jin itu menambah ketakutan bagi mereka.” (QS. Al-Jin:6)
“...dan sesungguhnya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan
(berita-beritanya). Tetapi sekarang barang bsiapa yang (mencoba)
mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya).” (QS. Al-Jin :9)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya setan menampakkan diri di
hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan kepadaku
untuk menghadapinya. Maka aku pun membiarkannya. Sebenarnya aku ingin
mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi aku teringat
perkataan saudaraku Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi anugerahkanlah kepadaku
kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku’. Maka Allah mengusirnya
dalam keadaan hina.” (HR. Al-Bukhari no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu)
Gangguan jin juga bisa berupa masuknya jin
ke dalam tubuh manusia yang diistilahkan orang sekarang dengan kesurupan atau
kerasukan. Gangguan jin ini pada dasarnya semunya karena ulah manusia itu
sendiri dengan banyak paktor-paktor penyebabnya, dan yang menjadi penyebab
utamanya karena kurangnya iman dan keyakinan kepada Allah SWA. Dan juga banyak
dari kalangan manusia itu sendiri yang melakukan persekutuan dengan bangsa jin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu berkata: “Keberadaan jin merupakan perkara yang benar menurut
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan salaful ummah dan para
imamnya. Demikian pula masuknya jin ke dalam tubuh manusia adalah perkara yang
benar dengan kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Dan dalam hadits yang shahih dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam diri anak
Adam melalui aliran darah.”
Tidak ada imam kaum muslimin yang
mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Siapa yang
mengingkarinya dan menyatakan bahwa syariat telah mendustakannya, berarti dia
telah mendustakan syariat itu sendiri. Tidak ada dalil-dalil syar’i yang
menolaknya.” (Majmu’ul Fatawa, 24/276-277, diambil dari tulisan Asy-Syaikh Ibnu
Baz, Idhahul Haq)
1. Kesurupan Jin pada manusia itu benar
adanya, bukan mitos atau takhayul. Jin bisa masuk dalam tubuh manusia dan
mengalir dalam tubuhnya melalui aliran darah. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya syetan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah”. (HR.
Muslim)
2. Gangguan Jin itu mushibah. Orang mukmin
yang terkena gangguan Jin berarti mushibah yang menjadi ujian dari Allah, maka
kita harus membantunya dan jangan mencibir atau mengucilkannya. Gangguan Jin
pada seseorang itu seperti sakit medis (fisik) yang dialami seseorang. Jika
Allah tidak menghendaki gangguan itu terjadi, maka tak akan terjadi. Jika Dia
menghendaki, maka terjadilah. “Dan mereka (para tukang sihir) tidak bisa
memberi madharat (bahaya) dengan sihirnya pada seorangpun kecuali dengan izin Allah.”.
(QS. al-Baqarah :102).
3. Gangguan Jin pada manusia merupakan
perbuatan zhalim. Gangguan Jin terhadap manusia dengan masuk ke dalam jasadnya
adalah tindakan zhalim yang harus di hentikan untuk keselamatan yang dizhalimi
dan yang menzhalimi. Rasulullah bersabda, “Tolonglah saudaramu yang menzhalimi
dan yang terzhalimi, para shahabat bertanya : ‘Ya Rasullallah bagaimana cara
menolong orang yang menzhalimi?’ Jawab Beliau, “Hentikan ia dari perbuatan
zhalimnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Jin makhluk ghaib tapi tidak mengetahui
segala keghaiban. Jin walaupun masuk dalam kategori makhluk ghaib, tapi tidak
serta merta mereka tahu segala yang ghaib. Mereka punya keterbatasan seperti
halnya manusia. Jin mengakui sendiri akan kelemahan dan keterbatasan mereka
tersebut seperti yang diberitakan Allah dalam al-Qur’an: “Dan sesungguhnya kami
tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi,
ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka”. (QS. Al-Jin :10)
Di ayat yang lain Allah menyatakan, “Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, Jin baru mengetahuinya Kalau sekiranya mengetahui
hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS.
Saba’:14)
SARAN
Para tukang sihir dan tukang tenung juga
banyak menggunakan jasa Jin ini untuk mencuri curi berita dari langit, namun
sejak turun al Qur’an mereka tidak bisa lagi mencuri berita dari langit untuk
disampaikan pada tukang tenung itu.
Semenjak Al Qur’an diturunkan setiap mereka berusaha mencuri berita dari
langit mereka dikejar oleh panah api yang menyala, sebagaimana disebutkan dalam
surat jin ayat 9 : …dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi
sekarangbarangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan
menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (QS. Al-Jin : 9)
Rasulullah tidak pernah mengajarkan
umatnya untuk bekerjasama dengan golongan jin dalam mencapai apa yang
diinginkan. Bahkan Al Qur’an mengingatkan agar kita waspada terhadap syetan
dari golongan Jin ini , sebagaimana disebutkan dalam surat al A’raaf ayat 27.
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana
ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari urge, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS.
Al A’raaf 27)
Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib
dan tidak punya kekuatan untuk memberikan kemudharatan tidak pula mendatangkan
kemanfaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Maka tatkala Kami telah
menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kematiannya itu kepada
mereka kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur,
tahulah jin itu bahwa kalau mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak
tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba`: 14)
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sedang mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau
memegangnya dan mencekiknya. Beliau bersabda: “Hingga tanganku dapat merasakan
lidahnya yang dingin yang menjulur di antara dua jariku: ibu jari dan yang
setelahnya.” (HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu)
Jin tidak memiliki kemampuan untuk menolak
mudharat atau memindahkannya. Jin tidak bisa mentransfer penyakit dari tubuh
manusia ke dalam tubuh binatang. Demikian pula manusia, tidak punya kemampuan
untuk itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tidak adalah kekuasaan
Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang
beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu.
Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu. Katakanlah: ‘Serulah mereka yang
kamu anggap (sebagai sesembahan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan)
seberat zarrahpun di langit dan di bumi. Dan mereka tidak mempunyai suatu
sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara
mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya’.” (QS. Saba`: 21-22)
Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abil ‘Ash
radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Wahai Rasulullah, setan telah menjadi
penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku.” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah setan yang bernama Khanzab. Jika engkau
merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke arah
kiri tiga kali.” Aku pun melakukannya dan Allah telah mengusirnya dari
sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul
’Ala`)
Bagaimana kita menghindari
gangguan-gangguan itu? Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan: “Adapun orang
yang melawan permusuhan jin dengan cara yang adil sebagaimana Allah dan
Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi jin. Bahkan ia taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dalam menolong orang yang terdzalimi, membantu orang yang
kesusahan, dan menghilangkan musibah dari orang yang tertimpanya, dengan cara
yang syar’i dan tidak mengandung syirik serta tidak mengandung kedzaliman
terhadap makhluk. Yang seperti ini, jin tidak akan mengganggunya, mungkin
karena jin tahu bahwa dia orang yang adil atau karena jin tidak mampu
mengganggunya. Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia
tetap mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini, semestinya ia
melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, Al-Falaq, An-Nas (atau bacaan lain
yang semakna, ed), shalat, berdoa, dan semacam itu yang bisa menguatkan iman
dan menjauhkan dari dosa-dosa…” (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 138).
Komentar